Pustaka Digital Ibu dan Anak


Mengajak si kecil ke dokter

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 29, 2007

infobunda.jpg

Untuk melakukan imunisasi, maupun untuk mengobati bayi dan balita yang sedang sakit, kadang-kadang diperlukan ‘perjuangan’ yang lumayan berat. Bagi bunda yang buah hatinya masih bayi, membawa anak ke dokter tidak sulit. Namun, balita yang beranjak besar biasanya mengerti bahwa ia akan dibawa ke dokter. Reaksi masing-masing tentu berbeda, namun takut dan enggan umumnya adalah perilaku yang sering ditemui.

Lantas, bagaimana caranya supaya si kecil merasa nyaman dibawa pergi ke dokter? Menurut Dr. Katie Lawhead, spesialis anak dari Children’s Medical Center Child Life di Medical College of Georgia, Amerika Serikat, kunjungan ke dokter sebaiknya digambarkan sebagai suatu petualangan yang mengasyikkan. Karena itu, menakut-nakuti anak dengan mengatakan, “Awas, nanti kamu dibawa ke dokter!” ketika balita sedang melakukan kenakalan adalah suatu hal yang harus dihindari. Sebab, kalimat ini justru bernada negatif alias menunjukkan bahwa pergi ke dokter adalah sesuatu yang akan terjadi bila ia nakal.

Oleh karena itu, kunjungan ke dokter sebaiknya dideskripsikan sebagai suatu perjalanan yang bernilai positif. Selain itu, balita juga perlu diberi gambaran bahwa dokter adalah sosok yang baik hati dan mau membantu anak-anak untuk sembuh dari penyakitnya.

Tip lain agar anak tidak takut melakukan kunjungan ke dpkter adalah:

  1. Memberi penjelasan kepada si kecil mengapa harus berkunjung ke dokter dan apa saja yang akan dilakukan dokter.
  2. Sesekali, ketika anak tidak sakit, ajak dia ke ruang praktek dokter atau rumah sakit dan carilah sesuatu yang membuat dia senang, misalnya gambar-gambar lucu di dinding, atau alat mengukur tinggi badan, dan sebagainya.
  3. Kalau diizinkan dokter, ketika anak sedang diperiksa, biarkan ia memegang peralatan dokter yang tidak berbahaya, umpamanya stetoskop dan jelaskan fungsinya. Anda juga bisa meminta dokter anak yang memberi penjelasan.
  4. Izinkan si kecil membawa boneka kesayangannya bila perlu.
  5. Kalau harus disuntik, ungkapkan bahwa menyuntik adalah suatu cara untuk memasukkan obat ke dalam tubuh, dan bekerja secara cepat. Jangan berbohong dengan mengatakan suntik itu tidak sakit. Sebaliknya, katakana bahwa disuntik memang sakit, tapi hanya sebentar sekali. Bila ia takut, katakan bahwa Anda akan memeluknya erat-erat.
  6. Ketika dokter melakukan tindakan dan si kecil terkesan ketakutan, alihkan perhatiannya kepada hal-hal yang lucu, umpamanya gambar bebek berbaris di dinding ataupun ikan di akuarium yang berada di kamar praktek dokter anak. Dokter anak yang cerdas kerap menghiasi dinding ruang prakteknya dengan hal-hal yang mengesankan dan menyenangkan anak.

Bila si kecil ‘lulus’ dan telah diperiksa dokter, berikan ia reward, baik itu pujian maupun hadiah lain yang disukainya. (hannie)

Powered by ScribeFire.

Makanan Tepat Selama Menyusui Bayi

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 29, 2007

infobunda.jpg

Kehadiran seorang bayi tentu membawa kehangatan dan kebahagiaan di rumah Anda. Seiring dengan itu, tanggung jawab dan kerepotan setiap pasangan, terutama bunda, semakin bertambah. Dari mulai menyusui, memandikan, menidurkan, memberi prasarana dan sarana bagi kenyamanan dan keamanan bayi, sampai juga mempersiapkan masa depannya.

Di samping perawatan bayi, yang juga sangat penting adalah merawat kesehatan bunda. Sebab, kesehatan bayi sedikit banyak juga tergantung pada kondisi ibunya. Demikian pula dengan asupan makanannya, terutama bagi ibu yang menyusui. ASI yang diberikan ibu memang berkualitas dan sangat berguna bagi kesehatan dan tumbuh kembang bayi, namun mutunya tetap harus dijaga.

Santapan yang sebaiknya dikonsumsi para bunda yang sedang menyusui harus mengandung makanan bergizi, namun dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut Dr. William Sears dalam bukunya The Baby Book, bila Anda menyantap makanan yang baik untuk Anda, Anda akan memiliki lebih banyak energi dan merasa lebih baik, seperti pada masa nifas dan saat stres karena menjadi ibu baru. Untuk gizi seimbang, Dr. Sears menyarankan kelima kelompok makanan dasar ini:

1. kelompok nasi, serealia, roti gandum, atau pasta

2.kelompok sayuran

3. kelompok buah-buahan

4. kelompok ikan, daging, unggas, kacang kering, telur, dan kacang

5. kelompok susu, yoghurt, dan keju.

Selain itu, konsumsilah makanan dari masing-masing kelompok tersebut sambil memerhatikan tiga kelompok dasar kalori:

1. Karbohidrat, harus terdapat dalam 50-55 persen dari total kalori harian, dan porsi  utama dari sumber energi ini harus dalam bentuk gula sehat, terutama biji-bijian, nasi atau pasta, dan buah.

2.Lemak yang menyehatkan, yang harus terdapat dalam 30 persen dari total kalori harian.

3. Protein, harus terdapat dalam 15-20 persen dari total kalori harian.

Yang juga perlu ditambahkan ke dalam menu makanan ibu menyusui adalah:

1. Kalsium. Anda memerlukan banyak kalsium selama kehamilan dan masa menyusui. Penelitian menunjukkan bahwa kalsium yang diambil dari tulang ibu selama masa menyusui akan kembali selama dan setelah masa penyapihan, dengan kepadatan tulang yang lebih baik dibandingkan sebelum masa kehamilan.

Bila Anda tidak suka minum susu, atau alergi ketika meminumnya, gantikan dengan makanan nonsusu kaya kalsium seperti ikan sarden, kacang kedelai, brokoli, buncis, ikan salmon, tahu, daun-daunan hijau, kangkung, manisan anggur, dan jus wortel. Tambahkan juga keju dan yoghurt bila Anda tidak alergi.

2. Zat besi. Asupan makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah cukup sangat penting bagi ibu yang baru saja melahirkan. Beberapa makanan kaya zat besi adalah ikan, unggas, dan jus buah prune. Untuk memperbaiki penyerapan zat besi dari makanan, minum atau santaplah makanan yang kaya akan vitamin C bersamaan dengan beberapa kombinasi makanan seperti daging bakso dan saus tomat, sereal kaya zat besi, dan jus jeruk.

3. Suplemen bila perlu. Anda tetap dapat mengonsumsi suplemen makanan dan vitamin selama hamil, kecuali bila dokter Anda menyarankan suplemen yang lain.

4. Air putih. Air putih adalah minuman terbaik bagi ibu menyusui. Minumlah segelas air putih (boleh juga diganti dengan jus buah sesekali), sesaat sebelum Anda menyusui. Minumlah kapan saja Anda merasa haus, minimal delapan gelas sehari. Jangan tunda minum sampai Anda selesai menyusui bayi, sebab bisa membuat Anda kekurangan cairan.

Powered by ScribeFire.

Kapan Bayi Mulai Menyantap Makanan Padat?

Posted in Info Bunda,Tabloid Nakita by nugraad001 on August 29, 2007

infobunda.jpg

Kehadiran seorang bayi tentu membawa kehangatan dan kebahagiaan di rumah Anda. Seiring dengan itu, tanggung jawab dan kerepotan setiap pasangan, terutama bunda, semakin bertambah. Dari mulai menyusui, memandikan, menidurkan, memberi prasarana dan sarana bagi kenyamanan dan keamanan bayi, sampai juga mempersiapkan masa depannya.

Beberapa waktu lalu, bayi mulai diberi makanan padat ketika berusia 4 bulan. Namun, merujuk kepada standar WHO (World Health Organization), disarankan agar bayi baru mulai diberi makanan padat setelah usianya menginjak 6 bulan. Mengapa?

Ada beberapa alasan mengapa pemberian makanan padat ditunda. Menurut Dr. William Sears dalam bukunya The Baby Book, di bulan-bulan awal, bayi memiliki refleks ‘penolakan lidah’ yang menyebabkan lidah secara otomatis menjulur ke luar saat ada sesuatu ditaruh di atasnya. Hal ini merupakan refleks proteksi terhadap kemungkinan tersedak makanan padat yang diberikan terlalu awal. Antara usia 4-6 bulan, refleks ini menurun. Juga, sebelum bayi berusia 6 bulan, sebagian bayi belum memiliki koordinasi gerakan lidah dan menelan yang baik untuk makanan padat.

Bukan saja bagian atas pencernaan bayi tidak dirancang untuk makanan padat yang diberikan terlalu awal, tapi begitu pula halnya dengan usus bayi. Ususnya belum matang, tidak dilengkapi kemampuan untuk menangani berbagai macam makanan sampai ia mencapai usia 6 bulan, saat enzim pencernaan mulai bekerja. Teristimewa bila bayi menderita alergi. Riset membuktikan bahwa pemberian makanan padat yang dimulai sebelum bayi berusia 6 bulan akan meningkatkan risiko alergi. Usus yang telah matang akan mengeluarkan immunoglobulin protein IgA, yang melapisi usus dan mencegah lewatnya protein allergen yang berbahaya (susu sapi, gandum, dan kacang kedelai adalah contoh umum dari makanan yang menyebabkan alergi bila diberikan terlalu dini).

Bayi dikatakan siap makan bila ia mulai meraih makanan di dekat piring Anda atau siapa pun yang berada di dekatnya. Mungkin saja ia akan berusaha merebut sendok makan, memandang bundanya dengan mimik lapar, dan membuka mulutnya lebar-lebar saat orang lain sedang menyuap.

Untuk makanan padat yang pertama, sangat disarankan agar Anda menyeleksi dengan ketat makanan yang akan diberikan. Mulailah dengan makanan padat yang paling tidak menimbulkan alergi, dan yang cita rasanya mirip dengan ASI. Contoh-contoh makanan padat pertama yang paling disukai adalah pisang matang yang dilumatkan, atau seral yang dicampur dengan ASI atau susu formula.

Makanan  yang paling mungkin menimbulkan alergi adalah:

1. kelapa 9. tomat
2. selai kacang 10. kacang-kacangan
3. buncis 11. kulit ikan
4. gandum 12. daging babi
5. produk-olahan-berbahan-susu 13. kedelai
6. gula 14. jagung
7. cokelat 15. putih telur
8. buah-buahan asam  

Sedangkan makanan yang paling tidak mungkin menimbulkan alergi adalah:

1. apel 11. pepaya
2. mangga 12. kismis
3. avokad 13. daging ayam
4. brokoli 14. ikan salmon
5. kurma 15. madu
6. labu 16. kentang manis
7. daging kambing 17. gandum
8. daging lembu muda 18. beras
9. selada 19 wortel
10. asparagus 20. anggur

Powered by ScribeFire.

Memberi Makan bayi

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 29, 2007

infobunda.jpg

Teknik memberi makan bayi adalah keahlian yang selayaknya dipelajari oleh ibu-ibu muda, terutama mereka yang baru saja punya bayi. Pasalnya, pemberian makan awal itu juga bisa berpengaruh terhadap kebiasaan anak berikutnya. Contoh, bila bayi dibesarkan dengan kebiasaan makan di depan televisi, lebih besar kemungkinannya ia juga akan melakukan hal itu ketika sudah lebih besar. Namun jika ia biasa duduk dengan tertib di kursi makannya, peluang ia duduk dengan tertib di meja makan juga lebih besar. Selain itu, bagaimana kebiasaan orangtua dalam pola makan juga akan berpengaruh terhadap kebiasaan si kecil kelak.

Jadi, bagaimana sebaiknya menyuapi bayi dengan benar supaya ia nanti memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik sehubungan dengan kebiasaan makan? Anda bisa menerapkan teknik di bawah ini:

Duduk di depan si kecil ketika menyuapi
Dianjurkan agar Anda memandang mata bayi Anda, ajak bicara, dan pastikan bahwa si kecil sudah siap diberi makan

Konsentrasi pada makanan
Supaya kebiasaan baik yang diadopsi oleh si kecil, sebagai orangtua kita juga harus berusaha membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik ketika makan. Misalnya, dengan mengajak bayi berkonsentrasi pada piring atau mangkuk makannya. Jangan biarkan ia makan sambil menonton TV, atau membiarkan ia bermain dengan mainan di hadapannya ketika makan. Dengan berfokus pada makanannya, si kecil akan berkonsentrasi untuk belajar mengunyah dan menelan dengan baik, sebaik Anda menyuapinya.

Sedikit-sedikit, lama-lama habis
Karena baru mulai belajar makan, biarkan bayi mencoba sedikit demi sedikit dari ujung sendok, supaya ia bisa merasakan rasa makanan di lidahnya dan membiasakan diri dengan rasa itu. Selain itu, dengan mulai sedikit, ia semakin lama akan semakin terampil dalam menelan.

Letakkan makanan langsung di mulut
Apabila bayi sudah mulai merasakan makanan, taruh sedikit makanan di ujung sendok, lalu masukkan makanan itu sampai menyentuh bagian tengah langit-langit mulutnya. Setelah itu, bayi akan menutup mulutnya dan menelan.

Beri minum air putih
Kadang-kadang kita lupa bahwa bayi pun perlu minum selain ASI. Jadi, ketika makan, sediakan secangkir kecil air putih. Beri minum bayi dengan disendoki.

Tidak habis bukan masalah
Pada awal-awal bayi belajar menerima makanan padat, bukan masalah besar bila makanan yang Anda sediakan tidak dihabiskan. Selama ia masih giat menyusu, sebenarnya bayi tidak perlu makan dalam jumlah banyak. Sebab, perutnya pun masih kecil dan belum dapat menampung makanan yang banyak. Para ahli mengira-ngira bahwa anak satu tahun hanya memerlukan satu sendok makan penuh untuk satu kali makan. Namun, semakin ia besar, maka porsinya pun akan semakin bertambah.

Powered by ScribeFire.

Memberi Makan bayi

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 29, 2007

infobunda.jpg

Teknik memberi makan bayi adalah keahlian yang selayaknya dipelajari oleh ibu-ibu muda, terutama mereka yang baru saja punya bayi. Pasalnya, pemberian makan awal itu juga bisa berpengaruh terhadap kebiasaan anak berikutnya. Contoh, bila bayi dibesarkan dengan kebiasaan makan di depan televisi, lebih besar kemungkinannya ia juga akan melakukan hal itu ketika sudah lebih besar. Namun jika ia biasa duduk dengan tertib di kursi makannya, peluang ia duduk dengan tertib di meja makan juga lebih besar. Selain itu, bagaimana kebiasaan orangtua dalam pola makan juga akan berpengaruh terhadap kebiasaan si kecil kelak.

Jadi, bagaimana sebaiknya menyuapi bayi dengan benar supaya ia nanti memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik sehubungan dengan kebiasaan makan? Anda bisa menerapkan teknik di bawah ini:

Duduk di depan si kecil ketika menyuapi
Dianjurkan agar Anda memandang mata bayi Anda, ajak bicara, dan pastikan bahwa si kecil sudah siap diberi makan

Konsentrasi pada makanan
Supaya kebiasaan baik yang diadopsi oleh si kecil, sebagai orangtua kita juga harus berusaha membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik ketika makan. Misalnya, dengan mengajak bayi berkonsentrasi pada piring atau mangkuk makannya. Jangan biarkan ia makan sambil menonton TV, atau membiarkan ia bermain dengan mainan di hadapannya ketika makan. Dengan berfokus pada makanannya, si kecil akan berkonsentrasi untuk belajar mengunyah dan menelan dengan baik, sebaik Anda menyuapinya.

Sedikit-sedikit, lama-lama habis
Karena baru mulai belajar makan, biarkan bayi mencoba sedikit demi sedikit dari ujung sendok, supaya ia bisa merasakan rasa makanan di lidahnya dan membiasakan diri dengan rasa itu. Selain itu, dengan mulai sedikit, ia semakin lama akan semakin terampil dalam menelan.

Letakkan makanan langsung di mulut
Apabila bayi sudah mulai merasakan makanan, taruh sedikit makanan di ujung sendok, lalu masukkan makanan itu sampai menyentuh bagian tengah langit-langit mulutnya. Setelah itu, bayi akan menutup mulutnya dan menelan.

Beri minum air putih
Kadang-kadang kita lupa bahwa bayi pun perlu minum selain ASI. Jadi, ketika makan, sediakan secangkir kecil air putih. Beri minum bayi dengan disendoki.

Tidak habis bukan masalah
Pada awal-awal bayi belajar menerima makanan padat, bukan masalah besar bila makanan yang Anda sediakan tidak dihabiskan. Selama ia masih giat menyusu, sebenarnya bayi tidak perlu makan dalam jumlah banyak. Sebab, perutnya pun masih kecil dan belum dapat menampung makanan yang banyak. Para ahli mengira-ngira bahwa anak satu tahun hanya memerlukan satu sendok makan penuh untuk satu kali makan. Namun, semakin ia besar, maka porsinya pun akan semakin bertambah.

Powered by ScribeFire.

Hidup Berdampingan Dengan AlergiI

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 8, 2007

infobunda.jpg

Alergi memang membuat hidup ini lebih repot. Tak hanya anak-anak kecil, tetapi juga pada orang dewasa yang mengalaminya. Apalagi bila orang dewasa itu adalah wanita yang sedang mengandung, sebab ada kemungkinan pengaruh alergi akan terasa pada janin di dalam rahimnya. Makanan dan aktivitas terpaksa dibatasi, bahkan beberapa orang juga terpaksa sulit tampil cantik, karena alergi yang sedang kambuh bisa juga menyebabkan kulit gatal, bengkak-bengkak, dan merah.

Alergi sendiri sebenarnya merupakan bagian dari proses pertahanan tubuh. Namun, reaksinya terjadi secara berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan pada tubuh sendiri. Reaksi berlebihan terjadi karena dalam tubuh penderita, jumlah zat antibodi, Immunoglobulin E (Ig E), yang menempel pada sel mas (bagian sel darah) sangat banyak. Pada kondisi normal, jumlah Ig E ini sekitar 200. Tapi, pada penderita alergi bisa sampai 1.000. Dengan jumlah berlebihan, maka Ig E tersebut lebih mudah untuk berikatan satu sama lain. Dengan demikian, sel mas mengalami degranulasi (pecah) dan zat kimia-zat kimia di dalamnya keluar, termasuk histamin, zat yang menimbulkan reaksi alergi tersebut.

Menurut para pakar, secara umum, alergi yang banyak timbul sekarang adalah alergi karena debu rumah. Penggunaan selimut, karpet, dan tirai jendela yang makin meluas membuat angka penderita alergi karena debu rumah makin meningkat, tertinggi dibanding alergi karena sebab lainnya. Ini karena kemajuan gaya hidup sering tidak disertai pemahaman untuk hidup sehat. Misalnya, melakukan penyedotan dan pembersihan secara teratur.

Gaya hidup ‘back to nature’ atau jalan-jalan di alam terbuka yang akhir-akhir ini juga sedang trend, ternyata punya ‘peran’ menimbulkan alergi karena alam terbuka banyak terdapat alergen. Selain debu, spora bunga, dan bulu binatang, juga serangga. Gigitan lebah madu, misalnya, bagi orang yang berbakat alergi tak cuma membuat lebam bengkak, tapi juga bisa tercekik kehabisan napas.

Cara alergi menyerang

Ada empat sistem dalam tubuh yang dapat terkena alergi. Sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem saraf pusat, dan reaksi yang terjadi pada kulit. Dilihat dari cara masuknya ke dalam tubuh, ada 4 jenis alergi. Pertama, yang masuk melalui saluran napas, misalnya debu rumah, spora jamur, tepung sari rumput atau bunga, debu industri, uap, dan asap. Gejalanya berupa napas tersengal (pendek-pendek), dada sesak, atau terjadi infeksi saluran pernapasan yang berulang. Sementara pada jantung, biasanya ditandai dengan meningkatnya denyut nadi, serta wajah dan tangan memucat.

Kedua, yang masuk melalui saluran pencernaan, misalnya telur, susu, obat-obatan, zat warna, zat pengawet makanan, dan minuman. Alergen ini dapat juga menimbulkan reaksi alergi di kulit, dan saluran napas. Gejalanya berupa mulut basah karena sekresi saliva (kelenjar ludah) meningkat, sariawan, gatal pada langit-langit mulut, mual, muntah, perut kejang, diare, dan sakit perut.

Ketiga adalah alergen yang masuk melalui suntikan, misalnya suntikan obat atau gigitan serangga. Reaksinya seperti alergen yang masuk melalui saluran pencernaan. Terakhir adalah alergen yang kontak langsung dengan kulit, misalnya salep, kosmetik, perhiasan logam, dan bahan kimia lain. Di samping itu ada juga alergen yang berupa rangsangan fisik, misalnya udara dingin, panas, es, sinar matahari, dan tekanan pada kulit.

Alergi dapat pula menyerang saluran kencing. Penderitanya bisa menunjukkan gejala ngompol, kencing tak terkontrol, dan rasa sakit saat kencing. Sementara pada otot, gejala alergi yang timbul biasanya rasa penat, lemas, sakit pada persendian, dan kaku. Sistem saraf pun tak lepas dari alergi. Gejalanya: sakit kepala, migrain, pusing, ngantuk, lemas, depresi, tegang, overaktif, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang lupa pada kata dan nama-nama orang dekat, alias amnesia.

Tes alergi

Sampai sekarang, menghilangkan bakat alergi masih merupakan sesuatu yang rumit untuk dipecahkan. Untungnya, alergi bisa dicegah, yaitu dengan mengenal alergen melalui pengamatan sendiri (anamnesis). Kini sudah ada tes tersendiri untuk memastikan apakah seseorang terkena alergi.
Di Indonesia, penanganan alergi ini sudah bisa dilakukan di hampir setiap kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bandung, Yogya, Semarang, Bali, dan lain-lain. Di Jakarta, sudah ada Klinik Alergi di kawasan Kramat Sentiong, dan Anda pun bisa mengakses homepage-nya di http://www.alergi.co.id.

Powered by ScribeFire.

Hidup Berdampingan Dengan AlergiI

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 8, 2007

infobunda.jpg

Alergi memang membuat hidup ini lebih repot. Tak hanya anak-anak kecil, tetapi juga pada orang dewasa yang mengalaminya. Apalagi bila orang dewasa itu adalah wanita yang sedang mengandung, sebab ada kemungkinan pengaruh alergi akan terasa pada janin di dalam rahimnya. Makanan dan aktivitas terpaksa dibatasi, bahkan beberapa orang juga terpaksa sulit tampil cantik, karena alergi yang sedang kambuh bisa juga menyebabkan kulit gatal, bengkak-bengkak, dan merah.

Alergi sendiri sebenarnya merupakan bagian dari proses pertahanan tubuh. Namun, reaksinya terjadi secara berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan pada tubuh sendiri. Reaksi berlebihan terjadi karena dalam tubuh penderita, jumlah zat antibodi, Immunoglobulin E (Ig E), yang menempel pada sel mas (bagian sel darah) sangat banyak. Pada kondisi normal, jumlah Ig E ini sekitar 200. Tapi, pada penderita alergi bisa sampai 1.000. Dengan jumlah berlebihan, maka Ig E tersebut lebih mudah untuk berikatan satu sama lain. Dengan demikian, sel mas mengalami degranulasi (pecah) dan zat kimia-zat kimia di dalamnya keluar, termasuk histamin, zat yang menimbulkan reaksi alergi tersebut.

Menurut para pakar, secara umum, alergi yang banyak timbul sekarang adalah alergi karena debu rumah. Penggunaan selimut, karpet, dan tirai jendela yang makin meluas membuat angka penderita alergi karena debu rumah makin meningkat, tertinggi dibanding alergi karena sebab lainnya. Ini karena kemajuan gaya hidup sering tidak disertai pemahaman untuk hidup sehat. Misalnya, melakukan penyedotan dan pembersihan secara teratur.

Gaya hidup ‘back to nature’ atau jalan-jalan di alam terbuka yang akhir-akhir ini juga sedang trend, ternyata punya ‘peran’ menimbulkan alergi karena alam terbuka banyak terdapat alergen. Selain debu, spora bunga, dan bulu binatang, juga serangga. Gigitan lebah madu, misalnya, bagi orang yang berbakat alergi tak cuma membuat lebam bengkak, tapi juga bisa tercekik kehabisan napas.

Cara alergi menyerang

Ada empat sistem dalam tubuh yang dapat terkena alergi. Sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem saraf pusat, dan reaksi yang terjadi pada kulit. Dilihat dari cara masuknya ke dalam tubuh, ada 4 jenis alergi. Pertama, yang masuk melalui saluran napas, misalnya debu rumah, spora jamur, tepung sari rumput atau bunga, debu industri, uap, dan asap. Gejalanya berupa napas tersengal (pendek-pendek), dada sesak, atau terjadi infeksi saluran pernapasan yang berulang. Sementara pada jantung, biasanya ditandai dengan meningkatnya denyut nadi, serta wajah dan tangan memucat.

Kedua, yang masuk melalui saluran pencernaan, misalnya telur, susu, obat-obatan, zat warna, zat pengawet makanan, dan minuman. Alergen ini dapat juga menimbulkan reaksi alergi di kulit, dan saluran napas. Gejalanya berupa mulut basah karena sekresi saliva (kelenjar ludah) meningkat, sariawan, gatal pada langit-langit mulut, mual, muntah, perut kejang, diare, dan sakit perut.

Ketiga adalah alergen yang masuk melalui suntikan, misalnya suntikan obat atau gigitan serangga. Reaksinya seperti alergen yang masuk melalui saluran pencernaan. Terakhir adalah alergen yang kontak langsung dengan kulit, misalnya salep, kosmetik, perhiasan logam, dan bahan kimia lain. Di samping itu ada juga alergen yang berupa rangsangan fisik, misalnya udara dingin, panas, es, sinar matahari, dan tekanan pada kulit.

Alergi dapat pula menyerang saluran kencing. Penderitanya bisa menunjukkan gejala ngompol, kencing tak terkontrol, dan rasa sakit saat kencing. Sementara pada otot, gejala alergi yang timbul biasanya rasa penat, lemas, sakit pada persendian, dan kaku. Sistem saraf pun tak lepas dari alergi. Gejalanya: sakit kepala, migrain, pusing, ngantuk, lemas, depresi, tegang, overaktif, sulit berkonsentrasi, dan kadang-kadang lupa pada kata dan nama-nama orang dekat, alias amnesia.

Tes alergi

Sampai sekarang, menghilangkan bakat alergi masih merupakan sesuatu yang rumit untuk dipecahkan. Untungnya, alergi bisa dicegah, yaitu dengan mengenal alergen melalui pengamatan sendiri (anamnesis). Kini sudah ada tes tersendiri untuk memastikan apakah seseorang terkena alergi.
Di Indonesia, penanganan alergi ini sudah bisa dilakukan di hampir setiap kota besar Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Bandung, Yogya, Semarang, Bali, dan lain-lain. Di Jakarta, sudah ada Klinik Alergi di kawasan Kramat Sentiong, dan Anda pun bisa mengakses homepage-nya di http://www.alergi.co.id.

Powered by ScribeFire.

Cegah Kamar Tidur Menjadi Pemicu Alergi

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 8, 2007

infobunda.jpg

Sejalan dengan teori para ahli bahwa alergi yang banyak timbul sekarang
adalah alergi karena debu rumah, maka perawatan rumah, terutama kamar
tidur, harus diperhatikan. Apalagi, bila ada anggota keluarga, terlebih
anak-anak, yang terkena alergi. Karena itu, memiliki kamar tidur yang
bebas alergi sudah barang tentu jauh lebih baik. Bagaimana caranya?
Inilah beberapa hal yang dapat Anda lakukan: 1. Tempat tidur

– Tutupi kasur, bantal, dan guling dengan tutup yang memiliki
ritsleting sehingga kedap debu. Supaya tetap tampil menarik, ristleting
bisa ditutup dengan pita.- Hindari bantal yang diisi dengan bulu dan selimut wol. Juga hindari
bantal kapuk atau busa (busa dapat menumbuhkan cendawan bila lembap).
Belilah bantal yang tak menimbulkan alergi, dan tutuplah dengan bahan
yang terbuat dari polyester.

– Ranjang bayi sebaiknya dijauhkan dari benda-benda pemicu alergi
seperti boneka binatang berbulu halus dan mainan berbulu lembut. Ganti
selimut dan piyama dengan bahan yang terbuat dari bahan sintetis atau
katun dan mudah dicuci. Kasur diangin-anginkan dan dibersihkan dengan
mesin penyedot debu, sarung bantal, bantalan kasur, dan selimut dicuci
dengan air hangat paling tidak 1-2 minggu sekali.

– Jangan menyimpan benda-benda yang dapat dijadikan wadah di bawah tempat tidur karena mengundang debu.

– Pindahkan tempat tidur atau boks bayi supaya jauh dari jendela atau lubang angin.

2. Perlengkapan kamar tidur

– Ganti kain dan lapisi kursi dengan plastik, kayu, atau kanvas.- Pergunakan karpet gulung di atas lantai kayu atau linoleum dan cucilah karpet sesering mungkin.

– Hindari mebel dengan banyak hiasan bercelah yang menjadi tempat menumpuknya debu.

– Hindari buku atau rak buku yang bisa menjadi penyimpan debu.

– Jangan gunakan kamar tidur sebagai gudang.

– Jangan menimbun pakaian di dalam kamar. Masukkan saja ke lemari dan jaga pintunya agar selalu tertutup.

– Pergunakan tirai katun yang lebih mudah dicuci.

3. Ventilasi dan penyaring udara

– Jaga agar pintu kamar tidur tetap tertutup dan binatang kesayangan ada di luar rumah.- Jaga agar jendela tertutup selama musim serbuk sari.

– Pasang saringan atau kain katun tipis di atas lubang udara yang dibuat; yang paling baik adalah menutup dan menyegelnya.

– Hindari kipas elektrik, karena mengumpulkan dan mengedarkan debu.

Kiat pembersihan

– Jangan membersihkan kamar dengan mesin pengisap debu bila anak sedang
berada di dalam kamar, sebab mesin itu akan menyebarkan debu.- Debu yang basah lebih baik dibanding dengan debu yang kering.

– Bersihkan lantai dengan menggunakan kain pel yang lembap dengan cairan pembersih jamur.

– Usahakan rumah Anda menjadi rumah bebas rokok alias tak ada yang diperkenankan merokok di rumah Anda.

(Hannie Kusuma)

Powered by ScribeFire.

Asi Mencegah Alergi

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 8, 2007

infobunda.jpg

  Insiden alergi pada bayi merupakan hal yang sering menjadi perhatian. Data menunjukkan bahwa di Indonesia alergi dialami oleh 20 % dari total populasi bayi yang baru lahir dan cenderung meningkat pada bayi berusia di bawah 1 tahun. Beberapa tipe alergi termasuk dermatitis atopik dan asma, yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap protein susu sapi, telur, gandum, kacang tanah, kedelai dan makanan laut.

Lebih dari 80% dari bayi yang mengalami alergi, menunjukkan gelaja sebelum mereka berusia 4 bulan, dan hampir 90 % sebelum 12 bulan. Gejala-gejala alergi antara lain adalah kemerahan pada kulit, masalah dalam menelan atau bernafas, muntah serta diare.

Yang tidak kalah menarik adalah beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nutrisi memiliki peran penting dalam pencegahan alergi. Para dokter dan ahli gizi secara aktif meneliti efektivitas prebiotik dalam mengurangi risiko timbulnya alergi.

Penelitian klinis menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan terbukti menurunkan insiden dermatitis atopik pada anak-anak yang diperiksa hingga mereka berusia 3 tahun. Dermatitis atopik adalah masalah umum selama bulan-bulan pertama kehidupan bayi, dan timbulnya masalah tersebut memberikan informasi tentang status sistem imun seorang bayi. Dengan demikian dibandingkan susu formula biasa, ASI terbukti melindungi bayi dari penyakit atopik, terutama jika ada riwayat keluarga dengan penyakit itu.

Sedangkan dari penelitian lainnya terhadap bayi sampai berusia 17 tahun, diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif menurunkan resiko eksem dan alergi makanan dibandingkan bayi yang hanya diberikan susu formula biasa.

Powered by ScribeFire.

Alergi Pada Ibu Hamil Dan Menyusui

Posted in Info Bunda by nugraad001 on August 8, 2007

infobunda.jpg

Yang mungkin jadi pertanyaan banyak wanita terutama ibu hamil adalah, apakah bayi yang dikandungnya kelak juga akan menderita alergi. Memang, teorinya anak yang berasal dari orang tua dengan riwayat alergi dapat saja membawa bakat alergi juga. Bahkan, ada sejumlah dokter ahli alergi-imunologi percaya bahwa seorang ibu membawa bakat alergi sebesar 40%, sementara ayah membawa bakat alergi sebesar 30%.

Nah, adakah langkah-langkah tertentu yang dapat dilakukan oleh seorang ibu hamil untuk meminimalkan reaksi alergi, baik pada dirinya ataupun pada bayinya kelak? Ada beberapa cara, yaitu:

1. Ibu hamil harus menyadari bahwa ia terkena alergi yang mungkin tak akan hilang dan yang bisa dilakukan adalah menghindari alergen (pemicu alerginya).

2. Ia harus mengenal dengan baik hal-hal apa yang dapat memicu alerginya.

3. Ibu hamil juga harus menyadari bahwa apa yang ia makan atau hirup dapat menjadi media pengenalan alergen bagi bayi yang dikandungnya. Karena itu, ibu hamil yang menderita alergi sebaiknya menghindari makanan pencetus alergi, asap rokok, debu, dan tidur di kamar yang bebas dari alergen. Bila misalnya ia alergi pada dingin, usahakan suhu kamar tidak terlalu dingin, supaya ia tidak bersin-bersin atau pilek dan membuat kondisi badan menjadi menurun. Hindari pula pernak-pernik kamar yang mudah mengundang debu semisal selimut bulu, permadani tebal, dan korden beludru.

4. Setelah bayi lahir, usahakan memberi ASI pada bayinya karena ASI dapat mencegah alergi. Sementara itu, susu sapi dilaporkan banyak menimbulkan reaksi alergi.

5. Perlu diingat, alergen dapat mengalir dari ASI. Karena itu, ibu menyusui yang memberi ASI harus mencegah mengonsumsi zat-zat yang dapat mencetuskan alerginya, seperti ikan laut, cokelat, dan sebagainya.

6. Untuk mengurangi risiko alergen mengalir pada ASI, lebih baik ibu menyusui mengonsumsi antioksidan dan sayur-sayuran karena diketahui dapat menghambat alergi pada bayi.

7. Manifestasi alergi tersering pada bayi adalah dermatitis atopi. Tanda-tandanya adalah bintik-bintik di daerah pipi, siku, atau lutut pada bayi. Lebih baik, segera bawa bayi ke dokter bila hal ini terjadi.

8. Alergi tidak akan kambuh bila tidak ada pencetus alergi, dan pencegahan adalah obat terbaik bagi alergi.

Powered by ScribeFire.