Pustaka Digital Ibu dan Anak


SAYANG, MAIN, YUK !

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on June 5, 2007

nakita.gif

Siapa bilang bayi tak bisa diajak bermain? Dan itu tak hanya membuatnya senang tapi sekaligus memberi rangsangan bagi tumbuh-kembangnya.

Jika bayi Anda tak tidur, ia pasti akan bermain. Dari menggerakkan jemarinya sampai memasukkan jari kaki mungilnya ke dalam mulutnya. Ia asyik bermain sendiri. Jika diajak main ibu/ayahnya, tangan mungilnya akan berusaha menggapai wajah ayah atau dengan kuat menggenggam jari-jari bundanya.

Kehidupan bayi memang tak bisa dilepaskan dari bermain. Sebab, bermain sangat penting untuk tumbuh-kembangnya. Antara lain, mengembangkan kemampuan pancaindera dan berbagai keterampilan fisik, mengenal orang dan benda di lingkungannya. Juga, bermain menimbulkan kegembiraan. Jika tak ada kesempatan bermain, ia akan bosan dan menangis untuk memperoleh perhatian.

Menurut doktor psikologi Mimi Patmonodewo, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum mengajak si kecil bermain. Pertama, ketahui ciri-ciri bayi atau tahapan tumbuh-kembangnya mulai dari 0-1 tahun. Sebab, “Konsepnya untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan dalam dirinya, baik kecerdasan, moral, sosial maupun fisik. Jadi, setiap kegiatan bermain maupun alat permainan pada bayi harus selalu diarahkan pada pengembangan aspek-aspek tersebut,” jelas staf pengajar di Fakultas Psikologi UI ini.

Kedua, perhatikan kesehatan dan gizi bayi sebelum secara intensif mengajak ia bermain. Menurut Mimi, hal-hal yang bersifat psikologis adalah beyond. Jadi harus didahului oleh kesehatan dan gizi. “Memang betul psikologi penting. Tapi pada usia bayi, yang lebih diutamakan adalah kesehatan dan gizi. Jadi, kita harus yakin anak dalam kondisi sehat dan gizinya baik, baru bisa diajak main. Bila ia tak sehat, diajak main apa pun, ya enggak bisa,” tutur Mimi.

Ketiga, sadarilah, tiap bayi berbeda. Ada yang cengeng, susah, tapi ada juga yang gampang. “Perbedaan ini tak bisa dihindari karena perkembangan anak bukan hanya dipengaruhi faktor pengasuhan, juga faktor pembawaan,” jelas Mimi.

Dan terakhir, jangan lupa tekankan faktor fun dalam bermain. “Bukan hasil akhir yang dipentingkan,” tegas Mimi. Misal, ibu mengajak bayinya yang berusia 10 bulan bermain balok dan berharap si bayi menyusun berselang-seling sesuai warna yang ditunjukkan ibu. Tapi si kecil tak menuruti petunjuk itu. Nah, jangan paksakan anak menuruti “aturan” Anda. Jika ia bisa bicara, mungkin ia akan berkata, “Saya mau susun yang hijau dulu karena hijau lebih bagus.” Jika Anda tetap memaksakan kehendak, bisa-bisa si kecil frustrasi dan mogok, tak mau diajak main lagi.

Jenis Permainan Sesuai Usia

0 – 3 BULAN

Pada minggu-minggu pertama kelahiran, ia dapat melihat suatu obyek dalam jarak pendek, kira-kira 25 cm. Kira-kira 1-2 bulan kemudian, ia mulai dapat mengenal wajah orang dan memberikan reaksi terhadap suara atau senyum.

Penelitian menunjukkan, bayi sangat tertarik melihat wajah manusia ketimbang benda lain. Wajah Anda adalah “mainan” pertamanya. Dekatkan wajah Anda saat menggendongnya atau saat duduk di depan boksnya. Tersenyumlah dan ajak ia bicara. Ia pasti senang.

Tentu saja ia juga perlu benda-benda lain untuk dilihat. Ini penting sebagai sumber utama rangsangan sebelum ia terampil memegang. Gambar-gambar yang jelas, terang, berwarna cerah, yang berkilau seperti silver foil, sangat disukainya. Beri ia cukup waktu untuk merespon sesuatu yang Anda tunjukkan padanya, karena reaksinya masih lambat.

Letakkan benda atau mainan dalam jarak pandang yang dapat dijangkaunya lalu gerakkan benda itu secara perlahan ke kiri dan kanan. Jika matanya tak bereaksi mengikuti gerakan, ia mungkin tak melihat. Sebab itu, pastikan dulu sampai ia kira-kira ada perhatian, baru benda itu digerakkan. Sesuatu yang bergerak dan berbunyi juga disukainya. Gantungkan di boksnya mainan yang bisa bergoyang/berputar dan mengeluarkan bunyi.

Sekitar usia 1-1,5 bulan, ia mulai dapat menghubungkan pendengaran dengan penglihatannya. Jika mendengar suara, ia mulai mencari sumber suara dengan matanya. Seperti penglihatan, ia pun lebih suka mendengar suara manusia, terutama suara ayah-ibunya. Di usia 2 bulan, ia mulai bereaksi dengan bermacam-macam suara. Berbicara, menyanyi, dan membacakan cerita anak-anak dengan berbagai irama akan sangat menyenangkannya.

Saat ganti popok juga bisa dijadikan kesempatan bermain dengannya. Gerak-gerakkan kakinya atau gelitik lembut telapak kakinya. Ia pasti suka. Begitu pun saat mandi, dininabobokan, dan lainnya.

Sentuhan dan usapan Anda di wajah dan seluruh tubuhnya, akan mengembangkan indera perabanya. Ini juga penting untuk mengembangkan rasa diterima dan menumbuhkan rasa percaya diri.

3 – 6 BULAN

Mulai usia 3 bulan, ia suka memiringkan badannya ke satu sisi saat berbaring. Rangsang ia dengan mainan berwarna mencolok atau berbunyi agar ia berusaha menjangkau mainan itu dengan tangannya yang di sebelah atas, sehingga badannya ikut bergerak. Dengan melakukan permainan ini berulang-ulang, akhirnya ia bisa tengkurap sendiri.

Sekitar usia 4 bulan, ia senang sekali bila digendong dalam posisi duduk. Usia 6 bulan, ia dapat duduk tanpa dibantu meski hanya beberapa menit. Dudukkan ia di atas kedua lutut Anda dan pegang kedua lengannya, lalu perlahan sentakkan ia ke atas dan ke bawah. Ia pasti gembira. Sepanjang usia ini, ia suka sekali menyentuh, menggenggam, menggoyangkan dan menarik apa saja. Sediakan mainan yang ringan dan berwarna dengan ukuran pas untuk ia pegang dan genggam. Ia akan lebih suka jika mainannya itu juga bersuara dan taruh di dalam jarak yang bisa ia jangkau.

Beri mainan yang bersuara jika disentuh/ditendang, gantung rendah di boksnya agar kaki kecilnya bisa menendang mainan itu. Untuk mencegah kecelakaan, jangan lupa memindahkan mainan itu segera setelah ia terampil mengangkat kepala dan dadanya (sekitar usia 5 bulan).

Ia sangat menyukai orang-orang dan tertarik dengan gerak tubuh serta ekspresi wajah mereka. Bimbing tangannya yang mungil untuk menyentuh bagian-bagian tubuh Anda sambil menyebutkan nama-nama bagian tubuh itu. Permainan lain yang dapat Anda lakukan, pegang ia pada kedua ketiaknya dan ayunkan ke atas dengan gerakan lembut.

6 – 9 BULAN

Mulai usia 6 bulan, periode waktu bangunnya dalam satu waktu sekitar 2-3 jam, sehingga waktu bermainnya lebih panjang. Saat terjaga, ia tak mau lagi hanya berada dalam posisi tidur telentang. Ia pasti akan berguling dan berusaha duduk atau merangkak. Letakkan mainan kesukaannya dalam jarak tertentu untuk merangsangnya belajar merangkak.

Sekitar usia 8-9 bulan, ia dapat duduk tanpa dibantu, meski belum sepenuhnya dapat menguasai keseimbangan tubuhnya. Banyak bayi belajar duduk dan merangkak secara bersamaan. Umumnya, di usia 10 bulan ia sudah dapat duduk kokoh dan merangkak ke mana pun ia mau.

Di usia ini, ia praktis butuh lebih banyak permainan. Buatkan aneka mainan dari barang-barang yang tersedia di rumah, seperti cangkir plastik, boks sepatu, botol plastik, dan lainnya. Jika ia menolak sebuah mainan yang tak familiar (ini sering terjadi), letakkan di sampingnya dan coba lagi nanti. Beri tahu cara menggunakan sebuah mainan, tapi jangan dorong ia untuk bermain dengan cara yang “benar” karena hanya akan membuatnya frustrasi.

Permainan tanpa alat seperti cilukba atau petak-umpet juga menyenangkannya. Ia akan tertawa gembira saat melihat wajah Anda kembali. Atau dudukkan ia di bahu Anda sehingga ia lebih tinggi daripada Anda. Ia akan gembira oleh pemandangan baru. Atau angkat ia tinggi-tinggi ke udara. Ia pasti senang.

9 – 12 BULAN

Setelah bisa duduk mantap, waktu mandi menjadi waktu bermain yang menyenangkan. Mainan seperti bebek, perahu, gelas dari plastik, bisa digunakan. Dapat juga Anda mengajaknya bermain di halaman dengan menggunakan ember berisi air. Ajak ia memercikkan air, menuangkan
air dari gelas dan mengapungkan mainan. Ia pasti senang.

Bermain menangkap bola juga bisa dilakukan setelah ia dapat duduk. Duduklah berhadapan dengannya, lalu gelindingkan bola ke arahnya. Pasangan Anda atau anggota keluarga lain duduk di belakangnya, membantu ia menerima bola dan menggelindingkan kembali ke Anda. Pilih bola dari bahan ringan dengan warna menarik.

Di usia ini, ia senang menjatuhkan sesuatu mainan ke lantai dan Anda mengambilkannya, lalu ia menjatuhkannya lagi dan Anda kembali mengambilkannya. Tentu saja Anda perlu sabar. Karena permainan ini penting baginya untuk belajar mengerti bahwa jika ia menjatuhkan sesuatu, maka benda itu akan tetap berada di bawah. Beri ia benda-benda yang tak dapat pecah atau menggelinding jauh.

Ia pun menyukai permainan mengeluarkan dan memasukkan mainan dari dan ke dalam sebuah wadah. Boks (kardus atau boks plastik) dan beberapa balok warna-warni ukuran 5 cm bisa diberikan padanya. Setelah ia berhasil mengeluarkan semua balok-balok itu, ia akan memasukkannya kembali satu demi satu. Begitu terus berulang-ulang sampai ia puas.

Sekitar usia 10 bulan, ia mulai belajar berdiri. Sebulan kemudian, ia sudah bisa berdiri sendiri dengan berpegangan pada kursi atau tepi tempat tidur. Ini mendorongnya untuk belajar jalan. Acungkan mainan favoritnya untuk mendorongnya belajar berdiri tanpa berpegangan, atau tuntun kedua tangannya saat belajar jalan. Ia pasti senang.

Di usia ini, ia juga senang dinyanyikan, diceritai, dan dibacakan dongeng. Kebanyakan bayi menyenangi siaran radio dan TV dan melihat gambar-gambar. Khusus TV, sebaiknya Anda tak membiasakan ia sering “nonton” TV untuk menghindari kemungkinan ia kelak akan kecanduan nonton.

Tips Bermain

* Ingatlah, bayi senang memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Pastikan semua mainannya aman. Hindari mainan berujung runcing, mudah patah, mengandung racun (catnya), dan berukuran kecil. Jangan lupa cuci mainan sebelum digunakan.

* Untuk bayi usia 3-6 bulan, cukup beri satu mainan pada satu waktu bermain. Untuk yang berusia 6-10 bulan, beri ia tak lebih dari 5-6 mainan kecil atau 1-2 mainan besar pada satu waktu bermain. Bayi, kata ahli, menyukai benda-benda yang familiar. Jadi, pilihkan mainan-mainan yang agak mirip satu sama lain. Perlu waktu beberapa minggu baginya untuk menunjukkan ketertarikannya pada sebuah mainan baru yang tak mirip dengan banyak mainannya yang lama.

* Beri ia banyak rangsangan dengan menyediakan mainan atau benda-benda untuk memperkaya pengalamannya. Makin banyak rangsangan yang Anda berikan, perkembangannya akan lebih cepat. Ia pun akan kaya pengalaman sebagai bekalnya nanti untuk melakukan problem solving dan berkomunikasi.

* Anda harus kreatif karena tak semua alat permainan tersedia di pasar dan harga kerap jadi masalah. Tak ada salahnya membuat sendiri alat permainan dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di rumah. Bola dari kain yang diisi kapas, buku dari sisa kain, misalnya.

* Bagaimanapun senang dan gembiranya ia bermain bersama Anda, ia perlu istirahat. Kita harus tanggap terhadap isyarat yang ia berikan. Jika ia menangis, mungkin ia sudah lelah.

* Terakhir, yang paling penting, tugas mengajak si kecil bermain bukan monopoli tugas ibu, tapi juga ayah karena perlakuan ayah dan ibu pasti berbeda terhadap anak. Lagipula, merawat dan mendidik si kecil, tugas bersama ayah dan ibu, bukan?

Julie

Powered by ScribeFire.

9 KESALAHAN MERAWAT BAYI & MENGHINDARINYA

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on April 25, 2007

nova.gif

Walaupun orang tua sudah berusaha merawat bayinya sebaik mungkin dan sarat dengan
teori-teori yang dibaca dari buku-buku mengenai cara merawat bayi/anak, ibu dan ayah yang baru memiliki bayi masih sering melakukan kesalahan. Mulai dari bayi yang tidak berhenti menangis sampai ke harus ruang gawat darurat sebuah rumah sakit. Berikut kesalahan yang kerap dilakukan dan cara mengatasinya.
 
1. Menengok bayi yang baru lahir
Bayi berusia di bawah enam bulan memerlukan waktu untuk membentuk sistem ketahanan tubuh yang kuat. Oleh sebab itu, Anda tidak boleh sungkan-sungkan meminta teman dan kerabat yang datang untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi Anda dan minta kepada mereka untuk tidak berada terlalu dekat dengan bayi, terutama bila mereka sedang batuk atau flu.

Selain itu, hindari keramaian. Bila harus membawa si kecil keluar rumah, gendong anak dan hadapkan mukanya ke wajah Anda untuk menghindari orang yang tak dikenal berada dekat-dekat dengannya,

2. Pakaian
Bayi yang baru lahir sangat mudah kepanasan. Jadi, sebaiknya pakaikan baju yang tidak terlalu tertutup. Kenakan baju bayi sesuai cuaca sehingga dia tidak merasa terlalu kepanasan atau terlalu kedinginan.

3. Kunci sebagai pengganti mainan
Membiarkan anak Anda bermain dengan kunci sebagai pengganti mainan akan berisiko kunci tersebut dimasukkan ke dalam mulutnya. Bila gigi si kecil mulai tumbuh, simpan kunci-kunci karena kunci biasanya mengandung timah. Walaupun kadarnya rendah, tetap merupakan salah satu faktor penyebab penurunan IQ. Kadar timah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak.

4. Tidur tengkurap
Penelitian menunjukkan, bayi yang tidur tengkurap di atas selimut yang lembut berisiko 21 kali lipat terserang SIDS (sudden infant death syndrome/sindroma kematian bayi mendadak) dibanding bayi yang tidur telentang di atas selimut yang tak terlalu lembut atau mudah bergeser.

5. Kekurangan cairan pada bayi yang tidak rewel
Ada bayi yang tenang dan tidak rewel dan orang tua mengira bayinya tidak lapar. Hal ini ternyata keliru. Beri makanan pada bayi secara teratur dan perhatikan apakah ia sudah cukup makan atau belum. Tanda-tanda seorang bayi cukup makan adalah bila bayi mengompol paling tidak 6 kali dalam sehari pada usia satu minggu pertama sesudah kelahirannya. Bila Anda tidak melihat tanda-tanda ini, konsultasikan ke dokter.

6. Antibiotik
Banyak orang tua yang meminta dokter untuk memberikan antibiotik pada buah hatinya yang sedang sakit. Antibiotik tidak baik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus yang umum seperti flu, muntah-muntah, diare, dan sakit tenggorokan (kecuali bila infeksi yang disebabkan oleh bakteri streptokokus). Selain itu, kebiasaan mengonsumsi antibiotik menyebabkan bayi menjadi kebal dan pada saat yang diperlukan antibiotik menjadi tidak berfungsi.

7. Dosis tepat
Beri obat pada si kecil sesuai dengan dosis yang disarankan. Dosis untuk bayi dan pada anak yang usianya lebih tua tidaklah sama. Untuk menghindari pemberian dosis yang berlebihan, ikuti saran yang diberikan dokter.

8. Benda-benda berbahaya
“Suatu hari saya menemukan kapur barus di dalam hidung anak saya”, cerita seorang ibu yang mempunyai balita berusia 1,5 tahun. Begitu si kecil dapat merangkak, periksa seluruh sudut rumah Anda, perhatikan hal-hal yang berbahaya yang dapat dijangkau oleh anak Anda. Pindahkan stop kontak yang berada di bawah, singkirkan vas, pajangan-pajangan lain yang terbuat dari pecah-belah, ujung furnitur yang runcing, dan simpan obat-obatan dari tempat yang terjangkau oleh anak.

9. Anggapan bahwa alami berarti aman
Jangan menganggap bahwa produk alami aman bagi bayi sampai Anda mendapatkan kepastiannya dari dokter Anda. Hal yang sama berlaku bagi obat-obatan yang dapat Anda temukan di internet. Cetak informasi tersebut dan konsultasikan pada dokter anak Anda.

TIPS PENTING
* Kotoran bayi
Anda tidak perlu khawatir. Kadang kotoran bayi anda tampak aneh. Ada bayi yang kotorannya tidak keras, ada pula yang agak keras.

* Menggendong bayi
Pada usia 6 bulan sejak kelahirannya, sebaiknya Anda jangan terlalu sering menggendong si kecil.

* Demam
Pada bayi usia 6 minggu, Anda tidak perlu khawatir bila panas badannya mencapai 37°C sejauh dia tampak aktif dan gembira. Anda tidak perlu melarikannya ke rumah sakit, cukup menelepon dokter anak Anda.  

< Dokumen Nova >

PERTOLONGAN PERTAMA PADA ANAK

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on April 25, 2007

nova.gif

Panik! Itulah biasanya yang terjadi jika si Kecil mengeluh sakit. Padahal, bisa jadi, keluhan tersebut tidak menunjukkan suatu gejala penyakit berat. Kenali keluhan-keluhan yang kerap dilontarkan, serta kuasai cara tepat menanganinya.

1. Demam

Demam bukanlah penyakit, melainkan gejala dari sebuah penyakit. Demam adalah salah satu kondisi yang kerap menimpa anak-anak. Menurut Dr. Zakiudin Munasir, SpA (K), seorang Konsultan Imunologi Alergi Anak, ada demam yang tidak berbahaya dan bisa sembuh sendiri. “Tetapi ada juga yang berbahaya. Misalnya, demam tinggi atau yang mengenai saluran napas.” Itu sebabnya, menurutnya, seringan apapun, demam harus segera diatasi.

Segera ukur dengan termometer setiap kali anak demam. Sekitar 30-50 persen demam disebabkan oleh infeksi. Yang terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), demam berdarah dengue, dan demam tifoid. Waspada bila suhu lebih dari 41 derajat Celcius, karena bisa merusak jaringan pada susunan syaraf pusat (otak).

KLIK - Detail Tindakan yang dilakukan tergantung jenis panasnya. Batas toleransi suhu tubuh pada anak 38 derajat Celcius. Langkah awal adalah beri obat penurun panas, sambil dicari penyebab terjadinya demam. Kenakan baju longgar dan menyerap keringat agar anak tak kegerakan, dan tempatkan di ruangan bersirkulasi udara baik. Jika panas tinggi bisa dibantu dengan kompres air hangat di daerah kepala, ketiak, dan selangkangan. “Jika dikompres dengan air dingin pembuluh darah menyempit sehingga panasnya tidak bisa dikeluarkan dan tertahan,” ujar Zaki.

Seandainya panasnya turun tak perlu dibawa ke dokter, mungkin saja hanya flu biasa karena faktor lingkungan atau suhu. Beri makan dan minum yang cukup. Bawa ke dokter jika demam tak reda setelah 3 hari diobati sendiri. Untuk anak yang punya bakat kejang, jangan ditunda. Segera bawa si kecil ke dokter begitu suhu melewati batas normal.

2. Flu, Batuk, Pilek
Batuk pilek adalah penyakit langganan musim penghujan dan pancaroba. Batuk yang disebabkan infeksi virus semisal flu, bisa sembuh sendiri dalam 3 hingga 5 hari. Yang paling penting beri makan dan minum yang cukup. Jangan diberi makanan dan miuman yang merangsang timbulnya batuk. Misalnya, cokelat, mi instant, es.

Pemberian obat batuk bebas disesuaikan dengan jenis batuknya. Untuk batuk tak berlendir diberi obat yang bersifat menahan batuk (antitusif). Batuk berlendir diberi obat batuk khusus untuk berlendir. Jika batuk tak reda setelah 3 hari diobati sendiri, segera bawa ke dokter.

Sementara ciri-ciri flu adalah suhu tubuh meninggi, badan terasa lemas, dan sakit kepala. Lalu, keluar ingus jernih yang lama-lama mengental dari hidung. Penyakit ini sangat cepat menular melalui udara. Jika kondisi anak sedang tak sehat, gampang sekali tertular. Tetap berikan makan dan minum air hangat yang cukup, banyak istirahat. Jika tak sembuh juga, bawa ke dokter.

Usahakan untuk tetap memberi si kecil banyak minum. Beri air putih hangat, susu, atau jus buah. Jika hidungnya tersumbat bantu dengan menghirup uap air hangat dari baskom.

3. Kejang
Ada banyak jenis kejang. Yang berlangsung singkat disebut kejang sederhana, sedangkan yang berlangsung sekitar 15 menit disebut kejang demam kompleks. Penyebabnya beragam, diantaranya karena ayan (epilepsi), kejang otot/kram, atau kejang karena demam.

Kejang karena epilepsi muncul ketika terjadi serangan. Jika si kecil mengidap epilepsi, hindarkan dari pencetus serangan, semisal gangguan emosional (stres, tegang, cemas), cahaya berkedip-kedip. Jika kejang muncul, usahakan si sakit mendapat udara bebas, sambil berusaha menghentikan kejangnya, karena kejang bisa merusak sel-sel otak.

Ganjal mulut anak dengan sendok yang dibungkus kain, karena kondisi kejang membuat si sakit tidak sadarkan diri sehingga lidahnya “jatuh”. “Jika tak diganjal, giginya bisa patah, lidahnya bisa tergigit, bahkan putus,” papar Zaki. Lalu, baringkan anak di tempat tidur. Yang penting aliran udara bisa bebas tidak ada beban. Orangtua yang punya anak kerap kejang biasanya sudah menyediakan obat yang dimasukkan ke dubur.

Jika anak punya “bakat” kejang demam, yaitu kejang pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang bukan disebabkan kelainan di kepala atau lainnya, waspada saat suhu tubuh si kecil naik melebihi 38 derajat Celcius.

4. Diare dan muntah
Diare adalah keluarnya kotoran encer yang lebih sering dari biasanya. Dalam sehari bisa mencret 3 kali atau lebih dan kotorannya tidak berbentuk alias cair. Malah, bisa berupa cairan yang berlendir atau ada darahnya. Bisa disertai dengan muntah, tak mau minum, lemas, mata tampak cekung.

Diare bisa menyebabkan dehidrasi dan syok, bahkan meninggal dunia. “Pertolongan pertama biasanya menggantikan cairan yang sudah keluar dengan memberi oralit untuk anak. Komposisi oralit tersebut sama dengan cairan yang keluar akibat diare.” Zaki mengingatkan, jangan beri si kecil obat diare untuk orang dewasa. “Berbahaya, karena kumannya tertahan, tidak keluar, bisa berakibat tambah parah.”

Jika tak punya persediaan oralit di rumah, cairan bisa diganti dengan larutan gula garam, yang terdiri dari 1 sendok teh gula dan 0,5 sendok teh garam dengan segelas air. Jika anak emoh minum oralit atau campuran gula garam, beri dia kuah sayuran, air putih, atau kaldu.

Jika diarenya mengandung darah, segera bawa ke dokter. Begitu pula jika diare tak sembuh dalam 3 hari. “Bawa juga ke dokter jika muntahnya terus berlanjut, dan dikasih cairan infus.”

5. Jatuh
Jika si kecil jatuh karena kejadian sehari-hari orangtua tak perlu panik. Misalnya jatuh terpeleset karena belajar jalan. “Namanya juga anak-anak, pasti pernah jatuh atau terbentur. Olesi saja dengan salep kalau terbentur. Salep jangan dipakai untuk luka sobek karena bisa menyebabkan infeksi,” urai Zaki.

Jika jatuh menyebabkan luka lecet yang disertai perdarahan, hentikan perdarahan dengan kapas steril, lantas cuci bersih lukanya, dan beri antiseptik. Untuk luka memar bisa dihilangkan dengan cara kompres air es atau es batu yang dibungkus dengan kain. Jika memar yang terjadi cukup lebar, segera bawa anak ke dokter. “Begitu pula jika anak jatuh disertai dengan pingsan. Segera bawa ke dokter, karena bisa saja terjadi gegar otak.”

6. Sesak napas
Ketahui dulu riwayat sesaknya karena apa. Jika penyebabnya asma, hindarkan anak dari pencetus kambuhnya penyakit tersebut. Diantaranya debu, bau-bauan keras, makanan/minuman tertentu. “Kalau sudah pernah ke dokter biasanya dokter membekali obat-obat asma. Tinggal diminum obatnya, jika hilang tak perlu ke dokter lagi. Lain bila diminum dua atau tiga kali tidak hilang berarti harus ke dokter karena butuh obat yang lebih manjur.”

Selain asma, sesak juga bisa disebabkan banyak hal. Jika orangtua belum tahu penyebabnya, segera konsultasikan dengan dokter langganan. “Bisa saja disebabkan karena tertelan benda asing yang menutupi saluran napas.” Jika memang benar terhalang benda asing yang tertelan, jangan coba-coba mengambil benda asing tersebut apalagi jika bendanya kecil. Baringkan anak dengan posisi kepala lebih rendah, lalu tepuk-tepuk supaya muntah.

7. Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan gangguan fungsional tubuh. Jika terjadi perdarahan, luka, atau mimisan usahakan menyetop pendarahan dengan menekan lokasi terjadinya perdarahan.

Pada perdarahan berat, sering disertai perubahan pada keadaan umum anak. Misalnya, pingsan. Untuk kondisi perdarahan berat, jangan ditunda lagi, segeralah bawa si kecil ke dokter. Berikan tindakan pertolongan pertama sambil menunggu penanganan dokter. “Kalau tahu arah nadinya, tekan nadinya selama beberapa menit, lalu longgarkan, kemudian tekan lagi. Lakukan beberapa kali.”

8. Keracunan
Keracunan bisa disebabkan oleh makanan, insektisida, obat-obatan, maupun hidrokarbon (minyak tanah, cat, bensin). Jangan menyimpan barang-barang berbahaya di dekat jangkauan anak. Cepat beri pertolongan dengan memberi udara bebas pada anak. Lalu, buka pakaiannya agar mendapat oksigen. Keluarkan racunnya dengan cara merangsang muntah. Atau beri zat antiracun seperti norit. Segera bawa ke dokter untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Sedia Kotak P3K
1. Jangan panik. Kuasai teknik sederhana pertolongan pertama pada anak. Jika tidak tahu, jangan segan tanya orang lain yang lebih tahu.
2. Obat yang harus tersedia di rumah: obat batuk, obat penurun panas/demam (parasetamol), obat diare (oralit), obat antiseptik (obat merah, perban), obat gosok untuk gatal.
3. Idealnya, setiap rumah memiliki kotak P3K, yang selain berisi obat, juga antara lain berisi kasa steril, kapas, plester tahan air, gunting, termometer.


< Dokumen Nova >,  Noverita K. Waldan

YANG SALAH DAN BENAR TENTANG IMUNISASI

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on April 3, 2007

nova.gif

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kalimat ini cocok benar untuk menggambarkan fungsi imunisasi. Tetapi, mengapa orangtua masih kerap abai dengan tindakan penting ini? Mana sajakah imunisasi yang wajib, dan mana pula yang tidak?

Banyak orangtua yang menyesali kelalaiannya ketika anak sakit. Tahun lalu, misalnya, orangtua panik karena banyak anak di Indonesia terkena Polio. Sampai-sampai pemerintah perlu mencanangkan “Indonesia Bebas Polio”. Peristiwa itu seakan “membangunkan” kita akan pentingnya imunisasi, terutama bagi balita.

Khusus untuk infeksi, menurut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K) dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, tren di dunia bukan lagi soal pengobatan, tapi pencegahan. “Kalau kita tunggu anak sakit dulu, biayanya jadi tinggi sekali. Belum nanti antibiotikanya enggak mempan, kita harus pakai antibiotik yang makin canggih, sehingga tentunya makin mahal. Belum lagi harus dirawat di rumah sakit, bahkan sampai orangtuanya enggak bisa kerja. Kalau semua itu dihitung-hitung, jauh lebih mahal dari biaya vaksin,” ujar Sri.

Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit. “Wajib itu artinya semua anak yang tinggal di Indonesia wajib diberikan lima jenis imunisasi untuk mencegah tujuh jenis penyakit,” kata Sri yang juga Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Apa saja, sih, imunisasi wajib tersebut?

BCG
Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah penyakit TBC. Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.

Hepatitis B
Hepatitis B diberikan tiga kali. Yang pertama dalam waktu 12 jam setelah lahir. Imunisasi ini dilanjutkan saat bayi berumur 1 bulan, kemudian diberikan lagi saat 3-6 bulan.

Polio
Imunisasi yang satu ini belakangan sering didengung-dengungkan pemerintah karena telah memakan korban cukup banyak. Target pemerintah membebaskan anak-anak Indonesia dari penyakit polio. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir. Selanjutnya vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini dulang pada usia 18 bulan dan 5 tahun.

DTP
DTP diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus, yaitu Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 dan 6 bulan. Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI.

Campak
Campak pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak-2 diberikan pada program BIAS SD kelas 1, umur 6 tahun.

Ketujuh penyakit tersebut harus dicegah dengan imunisasi secara wajib. Mengapa? “Karena penyakit-penyakit tersebut yang menimbulkan kematian, cacat, serta pasiennya juga paling banyak.” Setiap negara akan berbeda apa yang diwajibkan, tergantung kondisinya. “Misalnya TBC, di Amerika mungkin sudah enggak ada TBC, jadi anak-anak di sana enggak perlu lagi dikasih imunisasi BCG. Begitu juga jika kita membawa bayi ke New York, misalnya, Pneumokokus mungkin menjadi wajib di sana,” jelas Sri.

Kondisi Harus Fit
Selain tujuh penyakit yang wajib dicegah, ada penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dan ada imunisasinya. “Yang ini sifatnya dianjurkan, tergantung orangtuanya.” Kalau yang wajib, pemerintah memberikan secara cuma-cuma, jika datang ke instansi kesehatan yang ada di pemerintah, misalnya rumah sakit pemerintah, posyandu, dan puskesmas, kecuali ke dokter swasta, ya, harus bayar. “Tapi kalau yang dianjurkan, tidak diberikan secara cuma-cuma,” ujar Sri. Vaksin-vaksin tersebut adalah Hib, Pneumokokus (PCV), Influenza, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela.

Hib dan Pneumokokus (PCV) mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Vaksin diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval dua bulan, sebanyak 3 kali. Imunisasi Hib kemudian diulang saat anak berumur 15-18 bulan, sedangkan PCV diulang saat anak berusia 12-15 bulan.

Vaksin Influenza dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga dewasa. MMR merupakan pengulangan vaksin campak, ditambah dengan Gondongan dan Rubela (Campak Jerman). Diberikan saat anak usia 15 bulan dan diulang saat anak berusia 6 tahun.

Tiga vaksin lain yang dianjurkan adalah Tifoid untuk mencegah Typus, Hepatitis A, dan Varisela untuk mencegah penyakit cacar air. Tifoid dan Hepatitis A diberikan pada anak usia di atas 2 tahun. Tifoid dapat diulang setiap 3 tahun, sedangkan Hepatitis A hanya diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Varisela mulai diberikan saat anak berusia di atas 10 tahun.

Anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Menurut Sri, imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit. Jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi, maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi. “Tapi kalau penyakit ringan seperti batuk-pilek biasa, enggak apa-apa. Kecuali batuk-pilek dengan demam tinggi, ya, jangan. Kalau diare-diare sedikit, juga enggak apa-apa,” jelas Sri.

Yang sangat berbahaya, menurut Sri, jika anak memiliki kekebalan tubuh yang rendah. Misalnya anak itu kena AIDS, atau penyakit berat lain seperti kanker. Berbahaya juga jika anak tengah meminum obat-obat khusus yang menurunkan daya tahan. “Itu enggak boleh. Jika ada anak yang mengalami kondisi-kondisi seperti ini, harus menunggu hingga ia sembuh, minimal hingga kondisinya sedang bagus. Jika sedang minum obat, ditunggu hingga obatnya selesai.”

CARA CEPAT ATASI PENYAKIT ANAK

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on April 3, 2007

nova.gif

Berikut ini trik penting yang harus diketahui oleh para orangtua. Mulai dari sengatan lebah, terbakar sinar matahari, sampai kecelakaan dan
penyakit-penyakit anak.
KLIK – Detail
1. Hidung tersumbat
Caranya: Larutkan seperempat sendok teh garam ke dalam setengah gelas air hangat dan masukkan larutan tadi ke dalam botol semprotan hidung. Teteskan dua kali pada kedua lubang hidung dan minta anak untuk menghembuskan hidungnya pada sehelai tisu.Bila anak masih terlalu kecil dan belum dapat menghembus, gunakan sedotan khusus untuk mengeluarkan ingus yang menyumbat.

Mengapa efektif: Air garam mencairkan ingus, melancarkan sumbatan dalam hidung, serta memulihkan kembali kelembaban yang alami dari selaput bagian dalam.

Kapan harus ke dokter: Bila menurut Anda anak menderita infeksi sinus atau infeksi telinga. Gejalanya termasuk demam, batuk yang terus-menerus, sakit telinga, atau ingus yang berwarna kuning atau hijau.

2. Memberi obat pada bayi & balita
Caranya: Dudukkan anak di kursi atau bila ada orang lain yang dapat membantu, minta untuk memangku anak. Sebelumnya, berikan anak sedikit minuman kegemarannya. Sesudah itu, cepat-cepat selingi dengan memberikan obat ke dalam mulutnya dan segera suapkan kembali minuman.

Mengapa efektif: Lidah yang kaku karena dingin membuat anak tidak terlalu peka dengan rasa obat yang pahit.

Kapan harus ke dokter: Bila anak sangat sakit dan sama sekali tidak dapat meminum obatnya atau bila sampai dua kali atau lebih dia memuntahkan obat yang diberikan.

3. Rasa sakit saat tumbuh gigi
Caranya: Lipat lap kecil menjadi bentuk segitiga, celupkan salah satu ujung ke dalam air es. Biarkan anak menggigit bagian yang dingin dan memegang bagian yang kering.

Mengapa efektif: Kain yang kasar membuat gusi yang iritasi menjadi lebih baik dan rasa dingin menyejukkan bagian yang sakit serta membantu mengurangi bengkak dan peradangan.

Kapan harus ke dokter: Bila menurut Anda anak betul-betul merasa sakit atau bila cara di atas tidak membantu mengurangi rasa sakitnya.

4. Gatal karena gigitan nyamuk
Caranya: Oleskan cairan deodoran pada tempat yang bengkak dan bekas gigitan. Tunggu sampai lima menit lalu oleskan lagi bila bekas gigitan masih terasa gatal.

Mengapa efektif: Deodoran yang mengandung garam aluminium menyebabkan cairan dalam gigitan terserap ke dalam tubuh. Bila bengkak berkurang, rasa gatal akan hilang.

Kapan harus ke dokter: Bila gigitan memperlihatkan tanda-tanda infeksi seperti bercak merah atau merahnya melebar atau bila anak terkena flu seperti gejala-gejala demam, sakit kepala, sakit otot, atau kelenjar yang membengkak.

5. Membersihkan luka
Caranya: Pertama-tama cuci daerah yang terkena luka dengan sabun dan air, lalu gunakan alat penyemprot yang bersih yang telah diisi dengan air hangat untuk membersihkan luka langsung pada sasaran. Keringkan lalu oleskan krim antibiotik dan bungkus dengan perban.

Mengapa efektif: Dengan membasahi daerah luka, maka setidaknya Anda telah membersihkan bagian-bagian yang kotor. Hal ini dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi kemungkinan infeksi.

Kapan harus ke dokter: Bila Anda tidak dapat menghilangkan benda-benda asing dari luka, bila luka tetap berdarah atau bertambah dalam, atau bila melihat ada tanda-tanda infeksi seperti kemerah-merahan atau nanah.

Waspada Jika si Kecil Terus-terusan Sembelit

Posted in Tabloid Nova by nugraad001 on April 3, 2007

nova.gif

Jangan abaikan sembelit pada bayi. Apalagi jika terus-terusan. Bisa jadi, ini pertanda bayi terkena hirschsprung, suatu kelainan yang terjadi pada usus besar. Telat menanganinya, bisa berakibat fatal.

KLIK – Detail Hirschsprung ditemukan tahun 1887 oleh seorang dokter Denmark, Harold Hirschsprung. Gejala awalnya, terus-menerus sembelit (konstipasi) dan perut kembung. Memang, bukan berarti setiap bayi sembelit dan perut kembung lantas menderita hirschsprung. Bisa jadi, ia hanya masuk angin, salah makan, kurang serat, atau cacingan. “Namun, kalau sembelit berlangsung lama, 3 hari sampai seminggu, sebaiknya segera bawa ke dokter, karena besar kemungkinan ia mengalami hirschsprung,” saran spesialis anak, dr. Budi Purnomo, Sp.A. dari RSAB Harapan Kita, Jakarta.

Kelainan ini terjadi pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga ke bagian atasnya, termasuk disfungsi pada ganglion parasimpatis. Ganglion parasimpatis adalah saraf yang berfungsi mengatur elastisitas usus besar agar bebas bergerak, melebar atau menyempit. Pada keadaan normal, jika tak ada makanan masuk, usus akan menyempit. Sebaliknya, saat masuk makanan, usus secara otomatis membesar. Ini agar sisa makanan yang tak terserap tubuh bisa dikeluarkan melalui anus.

Gangguan pada fungsi ganglion parasimpatis inilah yang mengakibatkan bayi terus-terusan sembelit. Penyebabnya, ujung usus besar (stingfer) pada bayi mengalami penyempitan alias tidak bisa melebar. Akibatnya, kotoran yang harusnya keluar, menumpuk dan menyumbat usus besar bagian bawah. Lambat-laun, perut bayi pun akan membesar, karena kotoran menumpuk di usus besar.

Semakin lama kotoran menumpuk, maka ia akan membusuk. Terkadang, akibat pembusukan kotoran, keluar cairan dari anus. Banyak orang tua dan dokter yang mengira bayi hanya mencret atau diare biasa. Padahal, itu merupakan tanda bahwa usus bayi mengalami gangguan. “Kalau sudah kronis, bayi bisa mengalami radang usus, bahkan meninggal,”jelas Budi.

TAK BISA DICEGAH
Meski tak bisa dicegah karena ada sejak bayi di kandungan, penyakit ini umumnya bisa cepat ketahuan. “Biasanya, di bawah usia setahun, sudah bisa diketahui apakah bayi mengalami hirschsprung atau tidak,” jelas Budi. Namun, hingga kini dokter belum bisa menemukan penyebab kelainan pencernaan ini. Yang jelas, kelainan ini bukan karena faktor turunan, juga bukan kesalahan ibu saat hamil.

Nah, agar tidak terlambat, sebaiknya orang tua bayi mewaspadai gejala-gejala hirschsprung. Sejak dini, perhatikan buang air besar pertama bayi setelah lahir. Pada bayi normal, 90 persen bayi sudah mengeluarkan mekonikum (buang air besar pertama bayi) dalam waktu 24 jam, paling lama 48 jam. Sedangkan pada bayi hirschsprung, buang air besar tak keluar-keluar selama waktu itu.

Jika pada sembelit biasa (sembelit fungsional), bayi hanya sesekali sulit buang air besar akibat kurang serat, maka pada hirschsprung, sembelit berlangsung lama. Kalaupun bisa buang air besar, paling-paling satu-dua kali seminggu. Padahal, bayi normal bisa buang air besar 5 – 6 kali sehari.

Selain itu, pada bayi normal, pemberian obat pencahar biasanya langsung membuahkan hasil. Sedangkan pada bayi hirschsprung, pemberian obat pencahar atau makanan berserat, seperti pepaya, tak banyak membawa hasil. Namun, pada hirschsprung pendek, misalnya 2 cm, pemberian obat pencahar dari anus terkadang masih mampu merangsang keluarnya kotoran, meski yang keluar adalah kotoran lembek.

Dapat juga dengan memeriksa cairan yang keluar dari anus bayi. Bila baunya busuk, orang tua harus waspada. Atau dengan memasukkan jari ke anus bayi. Jika jari terasa terjepit oleh lubang anus, kemungkinan besar bayi mengalami hirschsprung.

Riwayat buang air besar bayi juga bisa dijadikan pedoman. Jika sejak lahir, buang air besar bayi tak pernah normal, sebaiknya orang tua hati-hati. Pada diare yang normal, biasanya tidak ada riwayat buang air besar yang bermasalah. Tentu saja, butuh pemeriksaan ahli untuk memastikannya. Biasanya, dokter menggunakan bantuan rontgen dan barium enema untuk memastikannya. Menurut data di AS, kelainan hirschsprung lebih banyak dialami anak lelaki dibanding anak perempuan (3,8:1). Artinya, kemungkinan bayi lelaki mengalami kelainan hirschsprung lebih besar.

OPERASI TIGA KALI
Untuk mengetahui tingkat keparahan hirschsprung, dokter akan memeriksa seberapa sempit kerusakan usus yang terjadi. Setelah diketahui, dokter akan melakukan operasi untuk membuang bagian usus yang rusak tadi. Namun, membuang usus besar yang rusak pun harus ekstra hati-hati. Pasalnya, fungsi usus besar adalah untuk menyerap cairan, zat-zat, vitamin, yang tak mampu diserap usus halus.

Selain itu, di dalam usus besar juga terdapat kuman-kuman yang berguna bagi manusia, yaitu flora usus halus normal. Flora ini berguna untuk memproduksi vitamin K, untuk pembentukan darah, dan vitamin B12. Sehingga tubuh tak kekurangan darah atau anemia. Di usus besar itu juga flora mengeluarkan enzim-enzim pencernaan.

Jadi, pemotongan yang terlampau pendek bisa mengakibatkan daya serap usus besar jauh berkurang. Akibatnya, bayi akan terus-menerus diare karena cairan tak terserap oleh usus besar. Kejadian ini sering disebut “sindrom usus pendek.” Kalau ini terjadi, bayi biasanya mengalami kekurangan cairan. Nah, untuk mengatasinya, bayi harus diberi banyak minum. Kebutuhan cairan untuk bayi sekitar 100 cc/kg berat badan, paling banyak sekitar 100-200 cc/hari.

Operasi bisa berlangsung hingga tiga kali. Pertama, untuk membuang bagian usus yang tak ada bagian persarafannya. Yang kedua, kalau kerusakan usus tak terlalu panjang, akan langsung disambungkan ke anus. Kalau tak bisa, dokter akan kembali melakukan operasi untuk membuat lubang dinding perut sebagai pengganti anus sementara (kolostomi). Jadi, bayi buang air besar lewat lubang tersebut. Kolostomi juga berfungsi untuk mengembalikan usus besar bagian atas yang tadinya sudah melebar dan bagian bawahnya sempit kembali agar kembali normal.

Yang ketiga, bila usus sudah cukup panjang kelak, dokter akan kembali melakukan operasi dan menyambungkan usus ke anus. Biasanya, untuk menunggu usus lebih panjang dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Sedangkan agar usus kembali normal melalui proses kolostomi, dibutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan. “Jadi, setelah ukurannya sama, baru bisa menyambungnya kembali,” terang Budi.

Yang juga penting, setelah operasi kolostomi, bayi perlu perawatan ekstra. Penyambungan langsung usus ke dinding perut akan membuat kotoran terus-terusan keluar. Jadi, perlu sering-sering mengganti balutan. Saat membersihkannya pun harus memakai antiseptik agar kuman-kuman di dalam usus mati. Jika kurang bersih, bayi bisa terkena infeksi yang bisa berakibat fatal.

AKIBAT SINDROMA DOWN
Hirschsprung bisa juga bawaan dari sindroma down. Penyebab sindroma down adalah kelebihan kromosom nomor 21. Normalnya, manusia memiliki dua kromosom 21, tapi penderita sindroma down mempunyai tiga. Ini menyebabkan protein tertentu terbentuk secara berlebihan di dalam sel, sehingga mengganggu pertumbuhan janin.

Pada kromosom 21, ada berbagai kode genetik yang mengatur produk tertentu seperti enzim yang berperan dalam proses pertumbuhan. Kelainan pada seluruh sel inilah penyebab kelainan klinis bawaan yang menyebabkan aneka gangguan, dari gangguan penglihatan, infeksi saluran pernapasan, kelainan jantung, kelainan pembentukan otak, dan juga gangguan pencernaan, antara lain hirschsprung.

Untunglah, bayi sindroma down cukup jarang, hanya 1 dari 700 kelahiran. Namun, karena keberadaan kromosom tersebut mempengaruhi daya tahan hidup janin, sekitar 80 persen kehamilan dengan sindroma ini berakhir dengan keguguran.