Pustaka Digital Ibu dan Anak


19 TANYA JAWAB SEPUTAR KOLIK

Posted in Tabloid Nakita by nugraad001 on April 17, 2007

nakita.gif

Kolik adalah gangguan kesehatan yang sering muncul di usia bayi. Umumnya tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya. Dr. Suarman Abidin Sp.A. dari RSAL Mintoharjo, Jakarta menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kolik.

1. Apa yang dimaksud kolik?

Kolik adalah nyeri perut akibat gangguan pada usus. Bila terserang kolik, gejalanya khas yaitu bayi menangis keras dan terus-menerus. Muka kemerahan atau bisa pucat, perut kembung dan keras. Kedua tungkai mula-mula lurus kemudian ditekuk ke arah perut serta kedua tangan mengepal. Tangis bayi yang lama ini biasanya menyebabkan orang tua panik. Serangan kolik baru akan berhenti kalau ia kecapaian, buang angin atau buang air besar.

2. Gangguan ini terjadi di usia berapa?

Umumnya kolik menimpa bayi berusia kurang dari 3 bulan. Di atas usia itu jarang yang terserang kolik. Bahkan biasanya benar-benar berhenti setelah berusia 6 bulan karena sistem pencernaannya sudah mulai berfungsi sempurna.

3. Penyebabnya apa ya?

Penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun sebagian besar ahli kesehatan anak menduga kolik muncul karena adanya rasa sakit di bagian perut akibat gangguan pencernaan. Pendapat ini didasari pengamatan pada bayi kolik yang selalu mengangkat kakinya atau mengeluarkan gas (buang angin) saat menangis.

Timbulnya gangguan pencernaan ini bisa karena kejang otot dinding usus, terdapat udara dalam usus akibat salah posisi saat menyusu, terutama susu botol. Atau bisa juga akibat kelaparan yang tak segera terpuaskan dan membuat bayi menangis berkepanjangan sehingga memungkinkan udara masuk. Tidak tertutup kemungkinan akibat salah dalam pemberian makanan, semisal terburu-buru diberi makanan lain selain ASI atau susu formula. Oleh karena itu, selain menangis berlebihan, gejala kolik tampak pada perut yang kembung dan berbunyi kelutukan (suara gerakan usus yang berlebihan).

4. Benarkah semua bayi bisa terkena kolik?

Tidak selalu demikian. Umumnya yang berpotensi mengalami kolik adalah bayi yang mengonsumsi susu formula.

5. Mengapa?

Tak lain karena susu formula mengandung kadar lemak dan karbohidrat yang jauh lebih tinggi dibanding ASI. Nah, tingginya kadar lemak dan karbohidrat membuat penyerapannya jadi lebih lama. Kalau ASI hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk membuat perut kosong lagi. Sedangkan susu formula membutuhkan waktu 2 jam. Karena karbohidrat yang tinggi, fermentasi di usus juga berlebih. Ini menyebabkan perut jadi kembung yang akhirnya berujung pada kolik.

Oleh sebab itu, bila harus memberi susu formula, berikan dalam porsi sedikit tapi sering agar sistem pencernaan anak mampu menyesuaikan diri. Pastikan lubang dot botol susu sesuai dengan kemampuan bayi menelan. Juga leher botol dot harus terisi susu ketika diminumkan. Ini untuk mencegah bayi menelan terlalu banyak udara sewaktu minum. Selain itu, kolik ternyata terkait langsung dengan adanya risiko alergi susu sapi. Para bayi yang minum susu formula memang berpeluang mengalami kolik lebih besar dibanding bayi yang mendapat ASI eksklusif.

6. Apakah bayi yang minum ASI juga bisa kolik?

Bisa saja, tapi bukan karena ASI-nya, melainkan karena salah posisi saat ibu memberikan ASI. Oleh sebab itu penting untuk senantiasa memerhatikan posisi yang benar kala menyusui untuk mencegah udara masuk.

7. Mengapa kolik biasanya terjadi pada senja hari?

Sebenarnya kolik bisa terjadi kapan saja, tetapi umumnya pada sore hari menjelang malam. Mengapa demikian, sampai sekarang belum diketahui pasti penyebabnya. Kemungkinan akibat fermentasi susu yang dikonsumsi sejak pagi hingga siang hari namun imbasnya baru terasa sore hari. Yang pasti kolik bersifat spasmodik alias serangannya sekonyong-konyong datang-hilang. Sangat mungkin waktunya di luar perkiraan.

8. Bagaimana membedakan tangisan kolik dengan tangisan biasa?

Tangis bayi yang sedang mengalami kolik umumnya menunjukkan ekspresi gelisah dengan muka memerah. Tangisnya amat keras sampai-sampai tangannya mengepal, sementara tubuh dan lututnya terangkat ke atas. Namun yang penting, sehubungan dengan tangis si kecil, penting bagi setiap ibu untuk mengetahui frekuensi dan penyebab tangis bayinya.

9. Mengapa sedemikian perlu mengetahui frekuensi dan penyebab tangis bayi?

Dengan mengetahui frekuensi dan penyebab tangis bayi, ibu akan dengan mudah meredakan kolik buah hatinya. Contohnya, ibu harus tahu kalau di usia 2 minggu bayi mulai sering menangis. Kecengengan ini mengalami puncaknya saat usia 2-3 bulan dan setelah itu akan berkurang lagi. Di minggu-minggu pertama total bayi menangis rata-rata 2 jam per hari. Sedangkan pada minggu ke-6 totalnya mencapai 3 jam. Angka ini menurun lagi setelah melewati usia 3 bulan dengan total menangis hanya 1 jam per hari. Nah, dari sini bisa diketahui apakah tangisnya wajar atau sudah mengarah ke gangguan/penyakit.

Sedangkan mengenai penye-babnya, secara garis besar ada dua. Pertama, bayi menangis bukan karena sakit, tetapi karena lapar, haus, perasaan tak enak atau tak nyaman akibat kepanasan, kedinginan, popok basah, suara berisik, atau lelah. Kedua, bayi menangis karena memang ada suatu penyakit seperti infeksi; radang tenggorokan, radang telinga; hernia, sumbatan usus dan sebagainya. Penyebab kedua ini umumnya disertai “keluhan” lain semisal sulit buang air, rewel terus-menerus, tak mau menyusu dan seba-gainya. Sementara tangisan kolik jarang yang disebabkan penyakit, melainkan lebih karena gangguan pencernaan dan rasa tak nyaman.

10. Apa iya ada bayi kolik yang tidak menangis?

Sepertinya tidak mungkin karena perut kembung disertai gerakan usus berlebihan akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Ini akan membuat mereka menangis keras.

11. Bagaimana cara men

olong bayi kolik?

Usahakan bayi bisa kentut atau bahkan BAB (buang air besar) sehingga perutnya jadi kosong, terasa enteng dan tidak melilit. Cara yang lazim dianjurkan membantu bayi kentut adalah memiringkan bayi pada posisi tiduran dengan lengan kanan di bawah. Bisa pula berikan guling di antara ke dua kakinya. Dalam beberapa menit biasanya bayi akan kentut karena posisi perut seakan “tergantung”.

12. Kapan sebaiknya si kecil dibawa ke dokter?

Hubungi dokter bila tangis bayi sangat intens dan tak kunjung henti. Perhatikan pula jika bayi sering terjaga dan terlihat kesakitan. Jika intuisi ibu mengatakan ada sesuatu yang tidak beres pada si bayi, cepatlah hubungi dokter. Begitu pula bila dengan cara-cara ditenangkan dan diberi ASI, kolik tak juga hilang, bawalah segera ke dokter. Dokterlah yang akan memastikan apakah tangisnya itu disebabkan kolik atau ada penyakit lainnya.

13. Pada kasus kolik, apakah dokter akan mem-beri obat?

Dokter biasanya menghindari pemberian obat karena dikha-watirkan bisa berdampak negatif pada bayi yang masih rawan sistem pencernaannya. Makanya akan diprioritaskan cara-cara alami yang dapat membantu mengeluarkan gas dari perutnya.

14. Apakah penggunaan minyak penghangat dapat mengurangi kolik?

Lebih baik baringkan bayi dalam posisi miring. Penggunaan minyak gosok malah bisa menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Misal, baunya yang amat merangsang dapat terhirup oleh bayi. Jika si bayi memiliki bakat alergi, rangsangan baunya dapat menimbulkan batuk. Sementara jika alerginya pada kulit, kulit di sekitar perutnya bisa tampak merah dan terbakar.

15. Seberapa efektif sendawa dapat mencegah kolik?

Terlalu banyak menelan udara memang bisa menyebabkan kembung di perut yang berujung pada kolik. Itulah sebabnya, penting untuk mengusahakan bayi bersendawa setiap kali habis menyusu guna mencegah berkumpulnya udara di perut.

16. Benarkah kolik bisa berarti ada gangguan pada perilaku bayi?

Belum ada penelitian yang membuktikan. Namun hal ini bisa terlihat pada bayi yang tumbuh sehat, gizinya baik, tapi menangis terus dengan total lebih dari 3 jam sehari dan lebih dari 3 hari dalam seminggu. Gangguan perilaku bisa timbul akibat adanya rasa tidak aman. Perasaan ini mungkin muncul bila bayi merasa kurang mendapat kasih sayang dan perhatian. Bukankah bayi sangat peka perasaannya? Oleh sebab itu ibu atau ayah amat disarankan untuk menenangkan bayinya dengan cara memeluknya.

17. Benarkah kini kasus kolik semakin jarang?

Inilah berita baiknya. Boleh jadi karena pengetahuan para ibu tentang pemberian makanan bayi kini semakin tinggi. Mereka tak tergesa-gesa memberikan makanan padat kepada bayinya. Disam-ping gencarnya kampanye pemberian ASI eksklusif yang juga meningkatkan motivasi dan kesadaran para ibu untuk memberikan hanya ASI sampai bayinya berusia 6 bulan. Ibu-ibu tampaknya juga semakin terampil merawat bayi dan peka terhadap kebutuhan bayinya sehingga bayi terhindar dari rasa tak nyaman. Faktor-faktor itulah yang menye-babkan kolik semakin jarang terjadi pada bayi.

18. Adakah kolik yang tak bisa disembuhkan?

Belum pernah terjadi kasus kolik yang tak bisa disembuhkan karena rata-rata memang hilang sendiri bila ibu tahu cara mengatasinya. Antara lain dengan menyendawakan atau mengu-sahakan keluarnya gas lewat buang angin, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk bayi, dan pemberian makanan yang tepat seperti ASI eksklusif. Ingat, ASI memang merupakan makanan alami yang dipersiapkan untuk sistem pencernaan bayi.

19. Adakah cara lain mencegah terjadinya kolik?

Yang jelas hindari buru-buru memberikan makanan padat. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan efektif untuk mencegah kolik. Bayi juga tak boleh dibiarkan sampai terlalu lapar atau harus menunggu lama sebelum minum susu. Pemberian susu formula jangan sampai berlebihan karena proses penyerapan yang lebih lama akan menimbulkan fermentasi berlebih pada usus. Sedangkan pada ASI, karena sifat penyerapannya yang mudah, dapat diberikan kapan saja (on demand).

Jika koliknya disebabkan oleh perilaku bayi akibat merasa kurang aman dan nyaman, orangtua bisa menciptakan lingkungan yang tenang, termasuk memeriksa suhu kamar supaya bayi tidak kepanasan atau kedinginan. Bayi yang bisa tidur atau beristirahat dengan baik umumnya jarang kena kolik.

Selain itu, orangtua sebaiknya menjaga dan merawat bayi secara bergantian agar cukup istirahatnya. Jangan sampai ibu merasa lelah sendirian lalu cenderung marah-marah pada ayah yang dinilainya tak mau membantu. Ingat, bayi cukup sensitif terhadap ketegangan yang terjadi pada orangtuanya. Sebagai reaksinya, biasanya si bayi akan menangis berlebihan tanpa sebab yang jelas.

Leave a comment